Negatifnya Stay At Home
Cerita diawali ketika saya berniat untuk berteduh di depan ruko yang kebetulan saat itu sudah tutup (kira-kira jam 5.40 PM). Sesaat membelokkan kendaraan saya didatangi oleh 2 orang pria yang memiliki perawakan seperti preman. Jadi seram ya? Ngga sih, karena aku hanya percaya sebuah kebaikan direspon dengan kebaikan pula. Mungkin mereka iba melihat diriku yang sudah kuyup atau ada ketertarikan untuk bertegursapa secara emosional. Dimulailah percakapan dengan say Hi, bang dari mano? basa-basi org pertama kali bertemu (biasalah ya). Obrolan yang berlanjut pun masuk ke dalam sebuah pertanyaan apo lokak kini bang? "Ungkapan untuk menanyakan pekerjaan saat ini" dan ternyata dia merupakan salah seorang pedagang seblak/juice/dan sejenisnya di View Tower (tempat muda-mudi nongkrong) yang berada persis di depanku berhenti. Semakin banyak melakukan percakapan kemudian dia langsung mengeluhkan kejadian saat ini yang membuat kehilangan pekerjaan tanpa tanggung jawab dari pemerintah. Beberapa konteks yang perlu disampaikan dari keluh kesah seorang pedagang adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah kota Bengkulu hanya memberikan bantuan Beras 5kg dan Mie Instan satu kardus. Ya mana cukup untuk seminggu, lagian kalo makan nasi sama mie aja kan ngga sehat. Diberitakan anggaran 204 Milyar tapi yang dikasih mie instan, sangat disesali. Wartawan terlalu mengagung2kan berita atas nama pemerintah yang pada kenyataannya berbeda.
2. Pemerintah Kota Bengkulu menyemprot jalanan menggunakan desinfektan. Ini jadi ladang pemerintah buat korupsi, karena anggaran yang tidak bisa terlihat hasilnya. Masa jalanan disemprot, mana mau virus itu hidup di jalanan. Hihi, iya juga ya? Cobalah pemerintah memberikan vitamin ke masyarakat untuk daya tahan tubuh saat sedang dirumah aja tanpa aktivitas.
3. Kredit mereka tetap harus dibayar, ternyata instruksi presiden sekalipun masih banyak yang tidak menghiraukan. Dia yang bergantung pada berjualan sehari-hari jadi tidak bisa membayar dan akhirnya didenda.
Itu adalah tiga dari sekian banyak keluhan, jadi intinya ketika sebuah kebijakan diumumkan, yang harus dipertimbangkan adalah masyarakat banyak bukan hanya PNS atau sejenisnya. Di sini juga dikhawatirkan mereka yang berprofesi sebagai buruh harian akan memiliki beban tambahan karena pemerintah tidak tau kondisi sesungguhnya. Uang banyak selalu dikorupsi "katanya". Apalagi yang mereka inginkan, kita di sini mengalah bukan berarti pasrah. Sekian dulu ya, semoga pandemic ini menjadi bahan renungan dan ladang kebaikan untuk kita semua. Aamiin ...
Comments
Post a Comment