Untukku dan Ibu Terkenang dalam satu khayalan yang hingga kini aku pun tak pernah merasakan. Waktu itu, di bulan suci yang penuh dengan ampunan semua amalan dan pahala dilipatgandakan oleh Tuhan Pencipta Semesta Alam. Saat dimana matahari berada di ufuk barat setiap insan muslim berkuasa menanti waktu adzan. Aku ditakdirkan untuk melihat dunia dalam kaca mata cinta seorang Ibu. Tentunya tangisanlah yang pertama ku teriakan dan harapku tangisan tersebut menjadi kebahagiaan dalam penantian. Sekarang aku sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa berkat kasih sayang dan ketulusan Ibu. Keinginan untuk membahagiakan terus bergumam dalam pikiran selagi raga masih dipenuhi kekuatan. Ibu perempuan terhebatku sediakala senja memerah tak membara menjadi perantara dunia dalam kehangatan dan kegelapan.
Untukmu Ibu, terima kasih telah membesarkanku hingga aku tahu betapa besarnya pengorbananmu. Melalui coretan ini, aku menggambarkan apa yang sedang dirasakan dengan sebuah harapan semoga bisa tersimpan dan menjadi suatu kenangan yang memberikan ketenangan. "MEMANDANG JAUH UNTUK HAL YANG TERDEKAT" karena "RENCANA MANUSIA ADALAH SEBAGIAN DARI WACANA TUHAN"