Untukku dan Ibu
Terkenang dalam satu khayalan
yang hingga kini aku pun tak pernah merasakan.
Waktu itu, di bulan suci yang penuh dengan ampunan
semua amalan dan pahala dilipatgandakan oleh Tuhan Pencipta Semesta Alam.
Saat dimana matahari berada di ufuk barat setiap insan muslim berkuasa menanti waktu adzan.
Aku ditakdirkan untuk melihat dunia dalam kaca mata cinta seorang Ibu. Tentunya tangisanlah yang pertama ku teriakan
dan harapku tangisan tersebut menjadi kebahagiaan dalam penantian.
Sekarang aku sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa berkat kasih sayang dan ketulusan Ibu.
Keinginan untuk membahagiakan terus bergumam dalam pikiran
selagi raga masih dipenuhi kekuatan.
Ibu perempuan terhebatku sediakala senja memerah tak membara menjadi perantara dunia dalam kehangatan dan kegelapan.
Terkenang dalam satu khayalan
yang hingga kini aku pun tak pernah merasakan.
Waktu itu, di bulan suci yang penuh dengan ampunan
semua amalan dan pahala dilipatgandakan oleh Tuhan Pencipta Semesta Alam.
Saat dimana matahari berada di ufuk barat setiap insan muslim berkuasa menanti waktu adzan.
Aku ditakdirkan untuk melihat dunia dalam kaca mata cinta seorang Ibu. Tentunya tangisanlah yang pertama ku teriakan
dan harapku tangisan tersebut menjadi kebahagiaan dalam penantian.
Sekarang aku sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa berkat kasih sayang dan ketulusan Ibu.
Keinginan untuk membahagiakan terus bergumam dalam pikiran
selagi raga masih dipenuhi kekuatan.
Ibu perempuan terhebatku sediakala senja memerah tak membara menjadi perantara dunia dalam kehangatan dan kegelapan.
Comments
Post a Comment