Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2016

Dasar Negara

Dasar Negara 5 sila yang dirumuskan Tokoh bangsa dan negara Menyatukan keragaman Agama, ras, dan budaya Demi Indonesia sejahtera Tertulis hitam di atas putih Sebagai pedoman yang abadi Pegangan diri bernilai tinggi Mendasar di hati seperti api Membara dan berkobar dengan berani Pancasila bersama Indonesia Mengayomi setiap jiwa dan raga Padamu Pancasila Dasar negara penuh makna Jaya, jaya, dan jaya Selamat hari lahir Pancasila Matahari pagi, 1 Okt 2016

Mencumbu Badai

Mencumbu Badai Akhir-akhir ini Kotaku banyak kenangan Baliho dan pohon jatuh berserakan Menghadang jalan dan kendaraan Syukur tetap ku panjatkan Karna badai tak merenggut korban Meskipun itu bencana Tapi selalu ku rasa sebagai anugerah Tuhan tak pernah marah Karna Tuhan maha pemurah Badai tetaplah menerpa Tanpa mengorbankan nyawa Angin bertemanlah Kan kucumbu kau dengan do'a Semoga membawa berkah Kepada badai yang mengarungi bumi Rafflesia 29-Sept-2016, badai berlalulah

Hitam

Hitam Dunia kelam bersama para penyamun Duduk dalam lingkaran dan bersulang Berteman kaca hitam dan asap yang bertebaran Butiran kacang tanah dalam kesenangan Melupakan ingatan penuh syetan Bergerak liar dan menggeliat Terbatas dalam satu khayalan Terasa kejam mencekam Kepada malam yang tak pernah kelam Bayang hitam terus membayang Putih suci tak pernah berarti Sensasi kelam dunia malam Kejam dan kejam mencoreng hitam Seperti arang membara, membakar rasa dan logika

Halusinasi

Tanah Kosong Sudut-sudut terbentuk memojok  Dipenuhi ilalang yang menjulang Tepi yang mulai terkikis perlahan habis Akar bambu terlihat menjalar Tak terawat dan usang Bisikan suara alam tak mengasikkan Terdengar mendengung berputar Bulu roma berdiri satu persatu Mulut terus menggumam tak tentu Sorot mata yang mulai sayu Sekejap memandang tanah kosong yang tak bertuan Menyapu sendu merasuk kalbu Malam ini semoga cepat berlalu

Meraih Hujan

Meraih hujan Butiran air menghujam seperti peluru Tajam menembak menghidupkan Mencerca dan memaki bumi Terlihat kontras, kelompok flora tersenyum bahagia Sederhana tak perlu mewah Dedaunan yang beraroma kaca Terbalut embun tetesan hujan Bening bagai permata, indah! Kilauan yang memesona Fokus mata menyejukkan suasana Menyambut pagi dan mentari Menanti senja yang berarti Raga yang tak berdaya Adalah bukti cipta sang Kuasa Itulah sesempurna raga Seperti tanah yang tertawa Meraih hujan untuk senja yang bijaksana Akasia, 25-09-2016

Mendenda Asa

Mendenda Asa Sirna.... Cinta yang pernah ku bangun untukmu Lenyap.... Bahagia yang pernah aku rasa Musnah.... Itu hanya sebagian dari mendenda asa Karena..... Mutlaknya cinta itu tak pernah sirna, lenyap, apalagi musnah Meskipun.... Yang berjuang sudah dilupakan Namun.... Hati takkan pernah menyalahi perasaan Ikrar.... Bukanlah pembatas yang memisahkan Ungkapan.... Adalah cara untuk memberikan kepercayaan Andai.... Ungkapan adalah dusta Maka.... Tak ada tindakan tanpa ungkapan Sejatinya... Membangun cinta adalah asa Asa... Ada detik, perjalanan, dan pengorbanan Dan akhirnya.... Aku tetap bersama cinta, Senja di teras rumah, bait mimpi bersama teriakan Toa masjid yang menggema. 24 September 2016

Tolerans

Tolerans Suatu hal yang saat ini terus menjadikan beberapa perpecahan akibat golongan-golongan yang tak ingin menerima perbedaan. Bukan negarawan, bukan ahli agama, dan bukanlah seorang organisator yang pandai berbicara. Goresan ini hanyalah sebuah keharusan yang memang diakui harus dijalankan secara pribadi dan tidak untuk menyadarkan orang lain agar mengikuti. Saya yang hanya hidup jauh setelah kemerdekaan dimana tak lagi merasakan perang fisik antara satu dan yang lainnya. Banyaknya literasi yang menyediakan cuplikan sejarah bangsa Indonesia dan agama. Hal itu cukup untuk saya mengetahui bagaimana dahulu para pejuang dan pahlawan membela bangsa demi kebebasan yang bertanggung jawab. Tapi tidak akan pernah menjadi tafsir diri sendiri untuk memperoleh kebenaran. Sebab itu pula, kita tak perlu terus membenarkan diri tanpa mengakui kebenaran orang lain. Mengatasnamakan bangsa Indonesia sebagai pegangan maka harus diteruskan dengan mengatasnamakan perbedaan dan toleransi. Sikap yang ba

Kala Kecil

Kala Kecil Waktu kecil itu, waktunya bermain Bermain layaknya anak-anak Ceria dan penuh tawa Menangis pun sambil tertawa Lucunya hal itu Saat aku tak kenal dunia Tak kenal susah Apalagi Cinta Semua permainan dicoba Tak kenal lelah apalagi waktu Semua yang membuat bahagia Itu karena dia, teman kecil Kotor itu biasa Luka? hal yang lumrah Panas? teman bersama Tapi, kalo dilanda panas tinggi Ibu tercinta yang marah Bahagia itu tak perlu mewah Karena kecilku mengajarkan kesederhanaan di mana hidupku berawal Bersama teman-teman tercinta Akasia, 2016

Sejarah Akasia

Sejarah Akasia Jalan kecil yang biasa disebut gang ini terletak di ujung kelurahan Pagar Dewa. Pagar Dewa? Iya, siapa yang tidak tahu tugu burung Garuda! itulah Pagar Dewa. Kala itu Akasia merupakan lahan kosong yang penuh dengan semak belukar, pohon rindang, dan penuh mistik. Bagaimana tidak, jalan ini dibatasi oleh sungai dan muara. Wajar saja jika dahulu seperti itu ceritanya. Seorang bapak pemberani yang membuka lahan seorang diri "Sidut namanya". Waktu itu dia ingin tinggal bersama keluarga kecilnya di suatu daerah yang terpisah. Itu pula yang membuat si bapak ditawarkan oleh rekannya agar tinggal di Hibrida dengan lahan yang luas. Namun, si bapak tidak mengindahkan dan terus mencari tempat hingga ditemukanlah Akasia (dahulu tak bernama). Keputusan untuk menetap menerima banyak kritikan dari rekan-rekannya karena daerah tersebut belum layak huni oleh manusia. Jika tekad dan hati sudah selaras hanya Tuhan yang menjadi pegangan. Akasia dibuka, (jreng_jreng) jalan seta

Tanah Pusaka

Tanah pusaka Jutaan jiwa menghuni raga Terpisah dan membentuk pola Dari Aceh hingga Papua Satu semboyan "bhineka tunggal ikha" Itulah tanah pusaka. Indonesia !!! Menjunjung keadilan mencapai sejahtera Di tengah samudera yang penuh dengan corak warna Bermacam suku, ras, dan agama Dalam satu tanah, tanah Pusaka !!! Sangsaka merah di atas putih Gagah berani nan suci Berkibar dan membentang Menggenggam cakrawala dunia Satu nusa, satu bangsa. Indonesia Pusaka !!!

Kehilangan

Kehilangan Tahukah dirimu? Betapa sulitnya aku kala itu. Aku dengan rasa maluku mengoyak keberanianku. Mengapa? Dirimu itu spesial. Oh... Sungguh berbeda rasanya saatku bertemu wanita sepertimu Sadarkah aku? Jika sadar itu bisa diukur maka kesadaranku mencapai titik maksimal yang terukur. Masih saja aku lakukan? Bodohnya diriku yang tak perduli kepada kesadaran itu. Apa? Tugasku mencoba karena harapku kepadamu. Tentang keputusan? Menyiksaku memang, hingga detik ini kuakui. Kamu di mataku bersinar membuka retina hingga berbinar, meski langit tak mungkin dijunjung oleh semut. Tapi ini CINTA !!! Kehilangan? Iya! Berharap? Yakinku bersama Tuhan dalam do.aku untuk namamu. Mencoba lagi? Pastinya, tapi kontenku tak jauh seperti dulu. Bagaimana? Aku di sini memikirkanmu! Biarkan do.a yang berjumpa mengetuk hati sang permaisuri pujaan hati. Apa yang kuinginkan? Ending di pelaminan. Bahagia dan bersama, hingga usia tak lagi ada. Akasia, 12-09-2016 Dirimu hilang tapi cintaku ma

Terurai

Terurai Dulu... Beberapa hari yang lalu? Terasa lama sekali hal itu? Itu sudah berlalu Sukaku melirikmu Karenaku mencintaimu Intipku lakumu Karenaku menerimamu Lupa? Tak akan mungkin Selamanya tak mungkin Bagaikan tawar yang tak pernah asin Hari ini? Aku tahu itu Makna besar dan membesarkanmu Lagi dan lagi... Dari kejauhan aku ucapkan Selamat mengingat dan mengenang Kasih sayang yang penuh kebahagiaan Semoga selalu terurai Kebaikan yang menumbuhkan manfaat. Happy birthday's Malam yang pernah kuimpikan, Akasia, 02-09-2016