Sejarah Akasia
Jalan kecil yang biasa disebut gang ini terletak di ujung kelurahan Pagar Dewa. Pagar Dewa? Iya, siapa yang tidak tahu tugu burung Garuda! itulah Pagar Dewa. Kala itu Akasia merupakan lahan kosong yang penuh dengan semak belukar, pohon rindang, dan penuh mistik. Bagaimana tidak, jalan ini dibatasi oleh sungai dan muara. Wajar saja jika dahulu seperti itu ceritanya. Seorang bapak pemberani yang membuka lahan seorang diri "Sidut namanya". Waktu itu dia ingin tinggal bersama keluarga kecilnya di suatu daerah yang terpisah. Itu pula yang membuat si bapak ditawarkan oleh rekannya agar tinggal di Hibrida dengan lahan yang luas. Namun, si bapak tidak mengindahkan dan terus mencari tempat hingga ditemukanlah Akasia (dahulu tak bernama). Keputusan untuk menetap menerima banyak kritikan dari rekan-rekannya karena daerah tersebut belum layak huni oleh manusia. Jika tekad dan hati sudah selaras hanya Tuhan yang menjadi pegangan. Akasia dibuka, (jreng_jreng) jalan setapak terhenti dipertengahan. Di sanalah gubuk kecil didirikan, tanpa penerangan, tanpa teman, dan tentunya tanpa kekhawatiran. Aktivitas menanam sayur-sayuran dilakukan, memancing, dan lainnya untuk memenuhi kehidupan. Tibalah pada suatu hari di mana si bapak sedang bercocok tanam dan anehnya..... Lewat tiga pria tampan (seperti arab) menuju depan gang. Kemudian disapa oleh si bapak untuk menawarkan mampir dan duduk-duduk bercerita. Namun, tak ada satupun yang menoleh. Hal ini kemudian diceritakanlah kepada rekan-rekan si bapak. Bukan suatu hal yang aneh lagi, mereka berkata itu adalah jelmaan dari buaya penunggu muara, harimau, dan kucing akar penunggu pohon Akasia. Berjalannya waktu, kejadian-kejadian seperti itu sudah biasa dijumpai dan akhirnya memudar setelah banyak warga yang berdatangan untuk membuka lahan kemudian tinggal bersama. Mengapa jalan ini adalah jalan Akasia? Ini karena terdapat pohon Akasia besar yang terletak di depan jalan. (nama Akasia disepakati setelah warga sudah mulai banyak menghuni). Sekarang? Pohon tersebut sudah ditumbangkan dan hanya menjadi sejarah indah untuk generasi2 berikutnya.
Comments
Post a Comment