Rekayasa Sang Raja Retorika
Kalimat-kalimat manis dilontarkan dengan penuh persiapan bukan untuk menjadi kata-kata impian namun hanya untuk sebuah pembelaan bahkan pelecehan. Politikus-politikus yang selalu menjadikan diri seorang yang pakar dan ahli di semua bidang mulai dari ekonomi, agama, pendidikan, kebudayaan, teknologi, bahkan kesehatan. Entah apa yang membuat mereka penuh hasrat untuk memenangkan sebuah kekuasaan sehingga menjadikan Retorika sebagai senjata utama. Banyaka rekayasa-rekayasa yang sengaja dibuat dalam menganalisa, namun lupa akan emosi dan mata yang tak pernah lelah untuk bersuara. Menceritakan keburukan yang dibungkus dengan kebaikan, menyanjung kesalahan dengan mengarahkan kepada pembenaran. Misalnya saja, Perkataan Tuhan dipertentangkan, Pemimpin yang jelas-jelas salah dibela sampai mati, betapa hinanya mereka terkhusus anak-anak muda yang masih perlu berlindung di bawah ketiak mama. Merasa pintar itu tak usah karena masih banyak yang lebih pintar tapi tak pernah merasa. Jika hakikatnya adalah bagaimana membela yang benar dan menumpas kriminal. Tapi malah menjual raga demi kepentingan busuk semata. Sebagai pemuda marilah berbenah, jangan ikuti media yang durja, wanita yang busuk jiwanya, laki-laki yang rusak akalnya, bahkan kepada ulama yang menjual aqidah. Jaga kesatuan untuk menyatukan dan berpegang pada kebenaran untuk kebersamaan. Menutup Tahun dalam menyambut Impian pada kegelapan malam dan renungan.
Berfikir Sedikit Waras, 30-12-2018
Comments
Post a Comment