Skip to main content

Posts

The Thirty

Larut dalam fana, menjadikan diri hina Kuat dalam senyuman Terkadang hanya terpikir dalam ruang hampa Menjadi salah arah Hanya batas yang masih menjelma Yakin diri bisa berhenti dalam dosa Maaf, aku yang penuh hina
Recent posts

Sisi Kiri

Dunia memang terang, tetapi tidakkah kau melihat ia redup di belahan utara sana?  Tapi tenang, ia akan bergantian karena bumi berputar pada porosnya. Meskipun mata tak sanggup melihat, telinga tak hiraukan suara, tapi hati selalu merasa.  Itulah sisi kiri kehidupan, manusia tak punya apa-apa untuk dibanggakan. 

Padi

Belajar dengan sebatang padi Semakin berisi semakin merunduk Bukan seperti besi Semakin padat semakin keras Hingga semua terlihat seperti luka Penuh darah dan Noda Sungguh, tak ada di dunia ini yang sempurna Masih beranikah menganggap orang lain salah?  Hanya karena berbeda 

Busuk

Orang tua yang tak muda lagi diberi kesengsaraan dengan tingkah sendiri. Hilang sudah martabat diri dengan tingkah seperti banci. Hancur semua keluarga, termasuk aku yang busuk dimatanya. Ikan memanjat, monyet menyelam, entah apa itu tapi sebuah kenyataan kelam. Ketika aku butuh supporter terbaik, ternyata masih aja ada celah untuk menyudutkanku. Sudahlah aku pasrah Tuhan.

Berdamai dengan Diri

Aku sebatang pohon Diterjang beliung dan petir Belum jua bertunas sudah hangus terbakar Tidakkah hujan akan menyelamatiku?  Aku sebatang pohon Berakar serabut menyelam tanah Dalam tak bersambut banjir menghanyutkan Tidakkah matahari menyelamatiku?  Aku tau, nanti kan mati dan layu  Karena sengat mu wahai matahari Waktu mereformasi menjadi batu Sebatang pohon. 

Bahagia dan Menua Bersama

Mata kuarahkan pada satu titik Menatap tajam dan fokus kepadanya Tangan kueratkan pada satu pelukan Mendekap kuat punuh cinta kepadanyaa Ke mana kaki melangkah  Bermuara Jualah kepadanya Kepada dia yang ku cinta Aku hanya ingin bahagia dan menua bersama Istriku, tak ada manusia yang tak salah Cintailah aku dan sejuta kekuranganku

Rumput Liar dan Debu Jalanan

Pada rumput liar dan debu jalanan Tak kurasa aroma semerbak wangi bergejolak Karena selalu diinjak tak dipedulikan orang Terulang tapi selalu berdiri Hanya karena mentari masih menyinari Pagi tertelisik menembus titik embun Rumput liar yang habis dimakan debu