Saatnya Berganti Arah
Kapal yang berlayar tentunya telah melakukan perencanaan untuk menetapkan tujuan sesaat bersandar di sebuah Pelabuhan. Perjalanan yang ditempuh mempunyai makna dan arti tersendiri, baik itu bagaimana bersahabat dengan ombak, badai, maupun lautan hampa. Dan pada akhirnya, apakah bisa tiba sesuai dengan perencanaan atau sebaliknya? semua itu akan menjadi sebuah nilai yang mampu mengubah arah! Kondisi itulah yang menurut saya menjadi suatu ukuran dalam memandang rezim yang berkuasa.
Mari kita menyelaraskan atau setidaknya menyambungkan pemikiran yang penuh rasional dan akal sehat pada keaadaan saat ini. Hal pertama adalah perencanaan (1) janji-janji yang disampaikan apakah terlihat seperti bualan untuk mengecoh masyarakat? tidak! saya meyakini bahwa itu benar sebuah pemikiran untuk memberikan kontribusi yang tepat andai nanti bisa menduduki kuasa pemangku kebijakan. Hal kedua adalah perjalanan (2) dengan pemikiran yang disampaikan mampu memberikan kepercayaan untuk berkuasa, namun bagaimanakah sikap penguasa dalam menghadapi tantangan-tantangan peliks yang ada di dalam Bangsa Indonesia? mampukah Ia? atau hanya seperti air mengalir mengikuti arus yang membawa pada muara?. Semua hal tersebut akan terjawab pada kondisi ketiga yaitu nilai (3) inilah yang menjadi bukti apakah kita semestinya terus berlayar atau berganti arah?
Berapa janji yang terealisasi? not 100% juga not 50%, bagaimana mereka menghadapi kenyataan tersebut? Mereka memberikan jawaban 5 Tahun tidak cukup karena Indonesia adalah Bangsa yang sangat besar! lalu sederhana saja, berapa lama janji itu akan terpenuhi? 10 Tahun kah? lantas apakah nanti saat berkampanye tidak ada janji yang ditambah? (berpikirlah) hal ini menjadi alasan yang pertama (1) untuk berganti arah. Selanjutnya adalah bagaimana sikap pemerintah menghadapi tantangan dan masalah Bangsa? Reaksi atau Aksi kah yang dilontarkan saat menjumpai masalah tersebut? berikut beberapa statement yang dilontarkan ketika dihadapkan pada suatu masalah ; "Harga daging naik, makan keong sawah saja" ; " Harga sawit turun, tanam jengkol dan pete" ; dan " Politik Sontoloyo", itu hanya sebagian kecil yang mencerminkan sikap pemerintah dalam menghadapi masalah adalah memberikan Reaksi bukan Aksi yang meneduhkan masyarakat. Hal ini menjadi alasan kedua (2) untuk berganti arah. Dan yang ketiga (3) menjadi alasan untuk berganti arah adalah Indonesia tidak butuh jalan Tol untuk menghubungkan Demokrasi yang sesungguhnya, tetapi Indonesia butuh Jalan Pikiran yang sehat dalam melaksanakan Demokrasi yang sebenarnya. Mari Kita Berganti Arah!!!
Comments
Post a Comment